Tune Map, Solusi Mewujudkan Kota Ramah Difabel
KETIKA Anda menemukan trotoar berlubang ataupun jalanan rusak, mungkin Anda akan dengan mudah menghindarinya. Namun, pernahkah Anda membayangkan sedang berjalan tanpa tahu secara pasti apa yang ada di sekitar Anda? Sekitar 340.000 tunanetra di Jawa Barat serta 3,75 juta tunanetra di Indonesia merasakannya.
Kini, kita dapat membantu memberikan informasi mengenai rute-rute yang aman untuk dilalui tunanetra melalui aplikasi Tune Map. Cara penggunaan Tune Map sendiri cukup mudah. Ketika Anda membuka aplikasi ini, Anda akan diberikan dua pilihan, yaitu “saya tunanetra” dan “saya bisa melihat”.
Jika Anda memilih “saya bisa melihat”, ada tiga hal yang dapat Anda lakukan untuk berpartisipasi dalam membantu para tunanetra melalui aplikasi Tune Map ini, yaitu report, walk tracking, dan pin tracking.
Pilihan pertama adalah report. Pada pilihan ini, Anda bisa melaporkan kerusakan-kerusakan ataupun jalanan yang memiliki aksesbilitas rendah, terutama bagi para tunanetra, seperti trotoar yang berlubang, tidak adanya guiding block, guiding block yang terhalang oleh parkir liar, dan lain sebagainya. Anda hanya perlu mengambil gambar keadaan jalanan tersebut dan memilih kategori kerusakannya.
Screen reader
Sedangkan untuk walk tracking, apabila Anda sedang berjalan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan mengaktifkan walk tracking ini, di akhir perjalanan Anda dapat memberikan kesimpulan tingkat aksesbilitas jalanan yang baru saja Anda lalui, mulai dari fully accessible, partially accessible, hingga not accessible.
Sedikit berbeda dengan walk tracking, untuk menggunakan pin tracking, Anda tidak perlu melakukan sebuah perjalanan. Anda hanya perlu menandai satu titik ke titik lainnya, lalu memberikan kesimpulan atas tingkat aksesbilitas jalanan yang telah Anda tandai.
Karena diciptakan untuk membantu para tunanetra, semua tulisan di dalam aplikasi Tune Map ini sudah berbasiskan pembaca layar (screen reader). Artinya, tanpa melihat ke layar pun, para tunanetra akan tahu di mana posisi mereka dan apa saja yang berada di dekat mereka, seperti ATM, minimarket, dan lain-lain.
Meski saat ini aplikasi Tune Map belum dapat melakukan navigasi untuk para tunanetra, namun menurut salah satu founder aplikasi Tune Map, Gita Nofieka Dwijayati, aplikasi ini mendapatkan respons positif dari para tunanetra. Bahkan, mereka telah lama menunggu hadirnya aplikasi ini dan tak sedikit pula yang memberikan masukan positif.
Ditindaklanjuti
Kini, aplikasi Tune Map telah mengumpulkan hampir seribu laporan dan telah diunduh ratusan pengguna. Tak perlu khawatir laporan Anda akan berakhir sia-sia, karena laporan yang diterima oleh aplikasi Tune Map ini akan ditindaklanjuti.
Sebut saja pada Februari 2018 lalu. Laporan-laporan yang dikumpulkan oleh pengguna Tune Map dipresentasikan kepada Dinas Pekerjaan Umum (PU), Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), dan Tim Open Data Bandung.
Meski saat ini masih difokuskan di Kota Bandung, namun untuk pelaporan melalui aplikasi Tune Map ini bisa dilakukan di mana saja, bahkan di luar negeri sekalipun.
“Pengennya nanti banyak yang download, user-nya juga bertambah, report dan datanya bertambah. Kan semakin banyak data, semakin kredibel, jadi bisa lebih kredibel untuk dibawa ke pemerintahan, untuk digunakan sebagai dasar pembangunan kota yang aksesbilitas atau city for all,” kata Gita.
Jika Anda tertarik untuk berpartisipasi melaporkan keadaan jalanan yang memiliki aksesbilitas yang rendah bagi tunanetra, Anda bisa mengunduh aplikasi Tune Map.***