METRUM
Jelajah Komunitas

Wayang Landung, Kesenian Unik dari Ciamis

KESENIAN di Jawa Barat semakin berkembang, salah satunya seni arak arakan Wayang Landung. Wayang Landung merupakan kesenian wayang kontemporer yang berkembang di wilayah kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Wayang tersebut berukuran besar dengan tinggi lebih dari 2 meter dan terbuat dari daun pisang yang disatukan.

Kesenian Wayang Landung pertama kali dikenalkan oleh Pandu Radea, seorang seniman kontemporer dan dikembangkan di kampung Paburuan, Desa Panjalu, Kecamatan Panjalu dengan keunikan tersendiri dibanding wayang kebanyakan.

Bedanya Wayang Landung, ukurannya besar berbentuk tiga dimensi, dan berbahan daun pisang kering. Pementasan Wayang Landung mirip ondel-ondel, yakni dikendalikan satu orang di dalamnya. Wayang Landung juga memiliki dalang yang memegang tongkat untuk mengarahkan wayang. Orang yang berada di dalam wayang harus fokus dan sigap jika tongkat itu berputar maka Wayang Landung juga harus bergerak memutar.

Wayang Landung (Foto: instagram/@panjiaditia).*

Cara memainkannya

Agar dapat dipentaskan, setiap wayang harus diisi oleh satu orang yang bertugas untuk memikul dan bergoyang mengikuti cerita dan alunan musik. Kemudian, wayang tersebut akan diarak keliling kampung dengan diikuti oleh riuhnya penonton.

Setelahnya, saat wayang tiba di lapangan, maka wayang tersebubut akan berlaga dalam atraksi jugalan yang diiringi oleh musik. Semakin cepat iringanya, maka perkelahian wayang semakin keras dan akan berhenti jika salah-satunya hancur.

Saat pementasan tersebut, biasanya dalang akan membawa gunungan yang berupa tongkat dari sintung kelapa kering yang telah dirangkai dengan tanaman kering lain seperti rambut jagung. Tidak ketinggalan, dalang pun akan mengepulkan asap kemenyan selama perhelatan wayang landung ini.

Keunikan pada wayang landung

Tidak hanya dapat dimainkan oleh pemain inti, wayang landung juga dapat dimainkan oleh penonton yang berada di lokasi pementasan. Dengan catatan, penonton tersebut harus memiliki tubuh yang kuat dan sehat karena harus mengangkat beban wayang seberat puluhan kilogram. Syarat lain yang tidak kalah penting, bagi penonton yang mencobanya harus bisa mengikuti alur cerita yang tengah dipentaskan.

Lazimnya, jika ada penonton yang mencoba mementaskan, akan bertugas untuk menyangga badawang (wayang landung berukuran sedang-red) dan memegang senjata gada (senjata tradisional Jawa Barat yang pada zaman pra kemerdekaan berguna sebagai alat perlawanan mengusir penjajah-red) untuk kemudian berhadap-hadapan dan saling memukul. Bagi siapapun yang menang dalam pertarungan, orang tersebut dapat membawa pulang hadiah yang telah disediakan.

Menjadi ikon seni rakyat Ciamis

Sejak pertama kali hadir, wayang ini selalu mengikuti ragam festival senin baik lokal maupun mancanegara. Pada tahun 2003 misalnya saat pertama kali dikenalkan, wayang ini telah diikutsertakan dalam perhelatan internasional Kite Festival di Pangandaran. Selanjutnya pada tahun 2007, juga ikut serta dalam Festival seni di Jembrana Bali. Bahkan, wayang ini juga pernah tampil pada acara Kemilau Nusantara di Bandung pada tahun 2012 dan menjadi juara dua.

Oleh karena itu, maka tidak aneh apabila wayang landung kini telah dijadikan sebagai kamonesan atau ikon seni rakyat Ciamis. Tidak hanya dikenal oleh daerah lain di Jawa Barat, tetapi juga dikenal hingga ke daerah-daerah lain yang berbeda provinsi dan berbeda latar belakang sukunya. (Hanna Nursifa R/JT)***

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.