METRUM
Jelajah Komunitas

Perwajahan Dalam Perspektif Komunikasi

Desain Tidak sekadar Tampil Cantik, tapi Dipahami Khalayak

Oleh Ahmad Nada*

PERWAJAHAN adalah penyusunan unsur-unsur desain berupa garis, bidang, warna ke dalam suatu halaman yang disebarkan melalui media cetak secara kasatmata (visual). Lebih sederhana lagi bahwa perwajahan adalah proses rancang, olah grafis dan tata letak (lay out) halaman surat kabar.

Dua pengertian di atas merupakan pengertian yang sangat sederhana. Kehadiran perwajahan sebenarnya bukan sekadar tindakan kreatif penggabungan antara kecendikiaan dan keterampilan artistik dan tidak hanya dimaksudkan untuk memasukkan berita, foto, ilustrasi, dan iklan, tetapi ada tugas yang lebih berat, yaitu bagaimana perwajahan dapat menambah daya serap penerimaan pesan di dalamnya.

Berkomunikasi secara grafis dalam perwajahan, seyogianya direka sedemikian rupa sesuai keinginan khalayak pembaca, agar berdampak seperti yang diharapkan. Anda harus menetapkan maksud komunikasi, menjelajahi dan mengira-ngira kemungkinan dampak komunikasi yang akan terjadi. Kemudian mengembangkan perencanaan, membuat dan mencetak, diakhiri dengan distribusi dan evaluasi.

Perwajahan dapat berperan sebagai katalisator penyampaian pesan sebuah media cetak. Memakai rancang perwajahan yang tepat berarti kandungan informasi yang dimilikinya, semakin efektif dan efisien diterima masyarakat, sehingga mampu membentuk perasaan, sikap, perilaku, dan pola pikirnya. Building (1956:7) berpendapat bahwa makna suatu pesan adalah seberapa besar pengaruhnya terhadap pengertian. Oleh karena itu, pesan yang akan disampaikan harus terlebih dahulu dicerna dan dipahami “orang-orang perwajahan” sebelum diproses lebih lanjut.

Proses desain perwajahan semata-mata ialah perluasan proses organisasi yang dimulai ketika Anda menyusun konsep rancang desain. Dan hasilnya, Anda dapat membuat media cetak yang efektif dan tampil menarik. Misalnya Anda diminta merancang suatu halaman surat kabar yang mencakup sejumlah foto. Kalau Anda tidak diberitahu tentang peran foto tersebut, maka Anda kemungkinan besar salah menempatkannya. Jika Anda tahu peran foto tersebut dan relasinya terhadap teks, maka dengan mudah Anda bisa memutuskan susunan beserta ukurannya.

Dapat dikatakan, bahwa sarana desktop publishing dan sarana desain grafis lainnya hanya salah-satu ekspresi pengetahuan komunikasi Anda. Tanpa “Ilmu Perwajahan” kita akan mengalami kesulitan dalam pengaturan dan penonjolan bagian pesan yang penting. Oleh sebab itu, kesuksesan perwajahan tergantung sekali pada tahap awal perancangannya.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, perwajahan dilihat dari perspektif komunikasi adalah kegiatan yang tidak berhenti pada fungsi desain grafis dan lay out saja. Selanjutnya perwajahan akan berperan sebagai bagian dari efektivitas keterbacaan media (channel) dalam penyampaian pesan dari si pembuat pesan (komunikator) kepada sasarannya (komunikan) dalam kegiatan komunikasi.

Pada taraf berikutnya, dijabarkan secara lebih mendalam bahwa perwajahan merupakan sarana untuk menghasilkan suatu tanggapan baik dari khalayak (baca: pembaca) terhadap sebuah media cetak. Bentuk perwajahan berkonsekuensi logis dengan kemengertian, simpati dan bujukan terhadap pembaca untuk menerima pesan sekaligus menggunakan (baca: membeli) media cetak tersebut.

Perwajahan akan berperan sebagai bagian dari efektivitas keterbacaan media (channel) dalam penyampaian pesan dari si pembuat pesan (komunikator) kepada sasarannya (komunikan) dalam kegiatan komunikasi. Sebab, komunikasi — yang dalam pertumbuhan dan perkembangannya sebagai sebuah disiplin ilmu sekaligus seni–, mengharapkan adanya mutual understanding atau makna bersama antara partisipan komunikasi secara efektif dan efisien.

Di balik itu, komunikasi bukanlah hipnotisme dimana si penerima begitu saja melakukan apa saja yang dikatakan kepadanya. Akan tetapi sebaliknya ia tidak sama sekali bebas untuk menafsirkan pesan-pesan yang diterimanya sesuka hatinya. Untuk itu ia adalah korban dari endapan pengertian masa lampaunya terhadap pesan-pesan, lambang-lambang yang dipakainya dan gambaran yang telah ditimbulkan dalam dirinya. Selain itu, kaidah-kaidah sistem komunikasi yang menyalurkan pesan-pesan itu juga membatasi dirinya.

Komunikasi berjalan apabila aktivitas si pengirim dan si penerima berbaur dan memberikan hasil yang dapat diperkirakan berdasarkan struktur makna yang dipahami bersama yang merupakan syarat yang harus ada dalam usaha komunikasi (Lewis:1969).

Komunikasi sendiri didefinisikan sebagai “proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, atau perilaku” (Effendy, 1989: 60).

Lambang (simbol) bermakna dioperasikan dalam proses komunikasi antarpartisipan. Jika di antara partisipan terdapat kesesuaian pemahaman tentang simbol-simbol tersebut, tercapai suatu keadaan yang bersifat komunikatif. Jika tidak, maka sebaliknya, terjadilah keadaan tidak komunikatif. Interaksi antar partisipan ini berusaha untuk saling memahami apa yang disampaikan oleh partisipan lainnya, berusaha untuk mencapai pengertian bersama (mutual understanding).

Dalam proses ini, simbol-simbol yang digunakan oleh partisipan terdiri dari simbol-simbol verbal (lambang bahasa, baik lisan maupun tulisan) dan simbol-simbol non verbal (gerak anggota tubuh, gambar, warna, dan berbagai isyarat yang tidak termasuk kata-kata atau bahasa). Rancang desain perwajahan adalah suatu bentuk pengolahan pesan yang menggunakan kedua lambang itu secara bersamaan, baik simbol verbal maupun non-verbal.

Meskipun perwajahan memberi kesempatan berekspresi secara verbal dan non verbal, sebagai alat katalisator penerimaan pesan dari sebuah media cetak, perwajahan harus tetap berada dalam koridor dan batas-batas komunikasi, dimana pesan haruslah menimbulkan pengaruh. Seperti dikemukakan Lasswell dalam Effendy (1988) komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media sehingga menimbulkan efek tertentu (Effendy,1988:13).

Seperti diketahui pengalihan pesan dapat berlangsung melalui beberapa saluran penginderaan. Tetapi menurut penyelidikan para ahli, dari seluruh kegiatan penginderaan manusia, 80 persen adalah secara kasatmata (visual). Menurut Gyorgy Kepes (1951), untuk mencerna suatu bentuk pesan kasatmata dituntut keterlibatan khalayak penerima informasi ke dalam suatu proses perencanaan pengorganisasian bentuk-bentuk.

Proses perencanaan perwajahan mutlak diperlukan. Tanpa perencanaan, media cetak tidak akan memiliki daya pikat. Oleh karena itu, sebelum memulai suatu proyek rancang desain perwajahan, tanyakan pada diri Anda pertanyaan-pertanyaan berikut:

  • Siapakah khayalak yang dikehendaki? Oleh karena itu dibutuhkan suatu riset “analisis khalayak” terlebih dahulu untuk menentukan segmen pembaca.
  • Apa pesan utama yang coba Anda komunikasikan?
  • Dalam format apa, pembaca melihat pesan Anda: koran, tabloid, majalah, dan lain sebagainya?
  • Jenis pesan apakah yang dipunyai pembaca dari sumber lain atau pesaing Anda?
  • Bagaimana hubungan publikasi ini dengan publikasi yang lain?

Makin ketat definisi tujuan proyek Anda, maka makin kuat desain perwajahan yang Anda hasilkan.

Tanpa pengertian tentang tuntutan dan keinginan masyarakat, desain perwajahan media cetak dalam proses komunikasi tidak dapat dinilai dengan tepat dan layak apabila pengaruh yang timbul, tidak sejalan antara tujuan sebuah media dengan keinginan masyarakat baik secara idealis maupun bisnis.

Secara idealis, perwajahan media massa berkeinginan memenuhi kebutuhan pembaca dalam penerimaan beragam pesan hiburan, informasi, dan pendidikan. Di sisi lain, menarik masyarakat agar setia menggunakan medianya adalah suatu tindakan bisnis yang menguntungkan. Dengan demikian, desain perwajahan bukan hanya semata suksesnya penyampaian pesan, tapi lebih jauh adalah bentukan dari fungsi, tujuan, dan sistem media massa secara keseluruhan.***

*Penulis, Dosen, Praktisi Media, dan Sekjen Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Jabar 2019-2022.

Kepustakaan:

  • Turnbull, Arthur T., & Baird, Russel N. 1980. The Graphics of Communication: typography, layout, design, production. New York: Holt, Rinehart and Winston.
  • Parker, Roger J. 1991. Looking Good in Print: a guide to basic design for dekstop publishing.
  • Artini, Kusmiati T, dkk. 1999. Teori Dasar Disain Komunikasi Visual. Jakarta: Djambatan.
  • Effendy, Onong Uchyana. 1993. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
  • Sudiana, Dendi. 1986. Komunikasi Periklanan Cetak. Bandung: Remadja Karya.
  • Rakhmat, Jalaluddin. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remadja Karya.

komentar

Tinggalkan Balasan