METRUM
Jelajah Komunitas

Gejala, Penyebab dan Solusi Suara Parau

SAAT musim pancaroba sekarang ini, banyak orang yang mengalami suara parau (serak). Suara jenis ini sering digambarkan sebagai perubahan suara yang asalnya ­normal, merdu menjadi suara bernada rendah, kasar dan tidak enak didengar. Suara serak itu kadang sebentar, tapi kadang lama. Bahkan, menetap. Hanya saja, suara serak bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala sakit.

Melansir dari www.pikiran-rakyat.com (22/07/18), menurut Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher dari Santosa Hospital Bandung Kopo (SHBK), Panca Bagja Mohamad, suara parau dapat terjadi pada keadaan gangguan dalam getaran, ketegangan, dan pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan.

“Walaupun suara parau hanya suatu gejala, tetapi bila prosesnya berlangsung lama alias kronik, keadaan ini dapat merupakan tanda awal dari penyakit yang serius di daerah tenggorok, khususnya ­laring,” ujar Panca ketika ditemui di ruang kerjanya di SHBK.

Penyebab suara parau dapat bermacam–macam. Pada prinsipnya bisa didapat dari laring sendiri atau penyakit dari sekitar laring. Bisa berupa radang, tumor, kelumpuhan otot-otot laring, dan kelainan seperti trauma pada laring.

Radang laring dapat berlangsung singkat (akut) atau lama (kronis). Pada radang akut, suara serak biasanya disertai gejala demam, nyeri menelan atau nyeri saat bicara, badan lemas (malaise), dan batuk. Jika terjadi peradangan berat penderita dapat mengalami sesak ­napas.

Radang kronis yang berlangsung lama gejalanya biasanya tidak spesifik, dapat disertai penyakit di luar laring seperti sinusitis kronis, bronkitis (radang paru) kronis, atau akibat penggunaan suara yang berlebihan (vocal abuse) seperti berteriak-teriak atau berbicara keras. Radang kronis ini juga dapat disebabkan penyakit seperti TBC (tuberkulosa).

Panca menjelaskan, tumor laring dapat bersifat jinak atau ganas. Gejalanya bergantung dari lokasinya. “Misalnya, tumor pita suara akan segera timbul suara parau dan bila tumbuh membesar dapat menyebabkan sesak akibat sumbatan jalan nafas,” katanya.

Tumor ganas pada laring biasanya tumbuh dengan cepat, yang selain gejala sesak juga dapat disertai batuk darah, berat badan menurun, dan keadaan umum tubuhnya memburuk.

Serak atau parau akibat kelumpuhan otot-otot laring dapat disebabkan oleh gangguan persarafan baik gangguan saraf tepi atau saraf pusat (otak). Gangguan pada otak biasanya disertai juga dengan kelumpuhan anggota gerak tubuh lain.

Gangguan serak lain dapat terjadi akibat penekanan dari tumor yang terjadi pada dae­rah yang berdekatan dengan laring seperti tumor kelenjar gondok (tiroid), tumor saluran pencernaan atas (esofagus), serak pascaoperasi tiroid, dan trauma pada leher.

Panca mengungkapkan, kelumpuhan pita suara bisa merupakan kelainan otot dalam laring sehingga terdapat gangguan pembukaan pita suara. Gangguan ini bisa terjadi sebagian (incomplete), atau seluruhnya (complete).

Peradangan laring akut sering ditemukan menyertai influenza dengan gejala radang umum seperti demam, suara parau, nyeri menelan disertai batuk dan pilek. “Hal itu biasanya mudah ditangani salah ­satunya dengan istirahat, hemat berbicara atau bersuara selama 2-3 hari. Saran lainnya dengan menghindari makanan yang berpotensi mengiritasi faring dan laring seperti makanan pedas, minuman es, dan rokok. Istirahat cukup juga penting disertai terapi umum dengan obat-obat influenza, antibiotika diberikan jika gejala semakin memberat,” ucapnya.

Kronis

Ada pula yang disebut dengan peradangan kronis (laringitis kronis). Gejalanya antara lain suara ­parau yang menetap berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, ada rasa mengganjal di tenggorokan sehingga  penderita sering berdehem tanpa adanya sekret karena adanya penebalan mukosa.

Untuk laringitis kronis biasanya ahli THT melakukan pemeriksaan yang lebih teliti dengan pemeriksaan ke dalam laring dengan kaca laring (indirect laryngoscopy) atau pemeriksaan langsung (direct laryngoscopy) dengan endoskopi kaku (rigid laryngoscopy) atau endoskopi lentur (flexible laryngoscopy).

Pengobatan selanjutnya bergantung hasil pemeriksaan. Jika ditemukan kecurigaan adanya benjolan (tumor) di pita suara atau laring, dokter akan menyarankan untuk biopsi.

Seseorang yang sering menggunakan suara dalam waktu yang lama seperti profesi guru, penceramah dan penyanyi, sering menderita suara parau dan pada pemeriksaan ditemukan nodul pada pita suaranya sebesar kacang hijau atau lebih kecil, berwarna ke­putihan disebut “singer’s node”. Untuk penanggulangannya dapat dilakukan bedah mikrolaring.

Untuk tumor ganas laring perlu ditentukan stadium tumornya. Setelah itu dapat ditentukan tindakan yang akan diambil sebagai penanggulangannya apakah ­dengan pembedahan, radiasi, kemoterapi, atau kombinasi.

Jenis pembedahan adalah dengan tehnik laryngectomy, baik secara total atau sebagian (parsial) bergantung lokasi dan luasnya tumor, serta dapat ­disertai pembedahan leher radikal jika terdapat penjalaran ke kelenjar limfa leher.

Setelah ahli THT melakukan prosedur bedah laryngectomy yang biasanya terpaksa mengangkat serta pita suara yang terdapat di dalamnya, pasien tidak dapat bersuara (afonia) dan bernapas melalui stoma (lubang) di leher yang permanen.

Untuk itu penderita perlu dilakukan rehabilitasi agar secara umum pasien dapat mandiri dalam bermasyarakat dan secara khusus dengan rehabilitasi suara agar dapat berkomunikasi lagi secara verbal.

“Hal ini dapat dibantu dengan pertolongan alat bantu suara berupa alat vibrator yang ditempatkan di daerah antara dagu dan leher atas (submandibula) atau suara dari esofagus (esophageal speech) melalui program latihan oleh dokter ahli rehabilitasi medik,” tutur Panca.

Pemeriksaan kelainan laring yang disertai suara serak (parau) ini meliputi pemeriksaan umum (status generalis), pemeriksaan khusus THT termasuk pemeriksaan laring tidak langsung dengan melihat ke arah pita suara dengan bantuan kaca khusus laring atau pemeriksaan laring langsung dengan bantuan endoskopi kaku atau Endoskopi lentur.

“Pemeriksaan lain seperti pemeriksaan radiologi atau laboratorium dapat dilakukan jika dokter mencurigai hal lain. Semua pemeriksaan ini telah dapat dilakukan di Santosa Hospital Bandung Kopo,” kata Panca. (Eva N.F/”PR”, M1)***

komentar

Tinggalkan Balasan

%d