Wayang Topeng Malangan, Simbol Karakter Manusia
PENAMPILAN wayang topeng Malangan ini hampir sama dengan wayang wong, namun yang membedakan adalah pemeran atau penarinya menggunakan topeng dan cerita yang sering dibawakan merupakan cerita panji.
Tari wayang topeng Malangan termasuk jenis teater rakyat atau dramatari rakyat yang didalamnya terkandung unsur tari, musik, pedalangan dan lakon.
Tari wayang topeng Malangan yang berasal dari Malang, Jawa Timur ini sangat khas karena merupakan hasil perpaduan antara budaya Jawa Tengahan, Jawa Kulonan (Sunda) dan Jawa Timuran (Blambangan dan Osing). Sehingga akar gerakan tari ini mengandung unsur kekayaan dinamis dan perpaduan musik dari etnik Jawa, Sunda, Madura dan Bali.
Keberadaan topeng atau penutup muka telah ada sejak masa Kerajaan Gajayana masih berkuasa di Malang (tepatnya pada masa Mpu Sendok). Pada masa itu, topeng pertama dibuat dari emas dan dikenal dengan nama puspo sariro, yang mengandung arti bunga dari hati yang paling dalam. Topeng ini menjadi simbol pemujaan Raja Gajayana terhadap arwah ayahnya, Dewa Shima.
Tradisi tari topeng memang tak hanya ditemukan di daerah Malang, hanya saja, karakteristik wayang topeng malangan yang kuat terletak pada jenis topeng yang digunakan. Topeng Malangan memiliki keragaman warna yang unik serta ornamen atau ukiran topeng Malangan juga lebih detail.
Selain itu, karakteristik topeng malangan diperkuat dengan kombinasi lima warna dasar, yaitu merah, putih, hitam, kuning, dan hijau. Masing-masing warna menyimbolkan sifat atau karakter manusia dalam kehidupan sehari-hari yaitu keberanian, kesucian, kebijaksanaan, kebahagiaan, dan kesabaran.
Lakon yang dibawakan dalam tari wayang topeng malangan adalah cerita panji yang menceritakan kisah asmara Raden Panji Asmoro Bangun (Inu Kertapati) dengan Putri Sekartaji (Chandra Kirana).
Cerita panji adalah kumpulan cerita yang berasal dari tanah Jawa periode klasik. Banyak versi terkait dengan cerita panji, hanya saja inti cerita selalu berputar dalam kisah cinta antara Panji Asmarabangun dan Galuh Candrakirana.
Dikarenakan cerita panji memiliki beragam versi, maka semuanya dikelompok dalam satu kategori yang dikenal dengan lingkup cerita atau lakon Panji. Meskipun begitu, cerita dalam tari topeng juga dikembangkan dengan menceritakan kehidupan sosial dan cerita humor.
Wayang topeng malangan tak hanya dibawakan dalam sebuah pertunjukan dramatari, tapi bisa juga dibawakan oleh satu atau dua orang penari maupun ditarikan secara berkelompok dengan tetap mengambil lakon cuplikan atau bagian dari cerita Panji.
Secara umum terdapat sekitar 76 karakter tokoh dalam tari wayang topeng malangan (dalam bentuk dramatari) yang digolongkan dalam empat kelompok besar. Kelompok pertama adalah tokoh panji yang dicirikan dengan pemuda tampan, baik hati sekaligus pemberani.
Lalu pada kelompok kedua adalah tokoh antagonis yang dicirikan dengan sikap yang berbanding terbalik dengan tokoh Panji. Sedangkan, kelompok ketiga adalah abdi yang disimbolkan dengan ornamen unik pada ukiran topeng, serta yang terakhir adalah tokoh binatang sebagai pelengkap cerita.
Dalam pertunjukan tari wayang topeng malangan juga ada seorang dalang. Selain mengatur jalannya cerita, dalang juga memiliki tugas untuk memberikan sesaji dan membacakan doa sebelum acara pertunjukan dimulai. Sementara itu, untuk musik pengiring pertunjukan Tari Topeng Malangan ini, biasanya diiringi oleh musik tradisional seperti kendang, bonang, gong dan instrument gamelan lainnya. (Vey si Sendal Jepit)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.