METRUM
Jelajah Komunitas

Cerita di Balik Kehebatan Senapan Serbu Buatan Pindad

ADA cerita sebelum lahirnya senapan serbu kebanggaan nasional SS-1 dan SS-2 yang sering digunakan prajurit TNI dalam ajang lomba tembak Internasional seperti ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) maupun Australian Army of Skill Arms at Meeting (AASAM).

Ternyata ketika PT Pindad masih bernama Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM), telah membuat senapan serbu (assault rifle) dengan nama SP-1 (Senjata Panjang 1). 

Senjata panjang SP-1 ini merupakan yang pertama dibuat di dalam negeri dan merupakan modifikasi dari senapan serbu Beretta BM-59 Mk.1 buatan Italia. SP-1 mengadopsi amunisi kaliber 7,62 x 51 mm dengan sistem operasi gas operated, rotating bolt. Menganut sistem bidik konvensional rear aperture dan  front post. Panjang totalnya 109 cm dengan berat mencapai 4.4 kg. 

Senapan BM-59 MK.1 buatan Italia /Indomilter.com

Senapan laras panjang ini dipilih menjadi senapan serbu standar prajurit infanteri TNI pada masa itu. Dalam kurun waktu 1968 hingga 1974, Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM) sekarang kita kenal dengan nama PT Pindad telah memproduksi sebanyak 50.000 pucuk SP-1.

Pindad kemudian mengembangkan dan menyempurnakan SP-1 dengan melahirkan varian SP-2 yang bisa melepaskan rifle grenade dipasang di ujung larasnya. Lalu dibuat pula varian SP-3 yang menggunakan hand grip model baru serta dilengkapi bipod, perangkat yang memberikan stabilitas di sepanjang dua sumbu gerak  (sisi-ke-sisi, dan atas bawah) dari senapan. 

SP-1 sempat digunakan ketika awal terjadinya Operasi Seroja tahun 1974-1975 dalam rangka penyatuan Timor Timur (kini Timor Leste) ke dalam naungan NKRI. Namun, penggunaan SP-1 banyak menemui kendala selama beroperasi di lapangan. Dari pengalaman di lapangan itulah, maka tercetuslah ide untuk mengembangkan senapan serbu baru yang lebih mumpuni di 1976.

Dikutip dari angkasareview.com, maka pada tahun 1977, lahirlah purwarupa yang dinamai SS-77 (Senapan Serbu 1977). Desain dan sistem kerja SS-77 mengacu pada senapan serbu Armalite AR18 dengan sistem mekanik gas operated, rotating bolt. Kapasitas peluru dalam magasin sebanyak 30 butir, kaliber 5,56 x 45 mm. Mode penembakan keduanya adalah Safe-Semi-Auto.

Selain hadir dengan versi standar laras panjang, SS-77 juga dibuatkan dalam versi karabin (laras pendek) dengan popor model lipat. Tahun 1979, SS-77 dikembangkan lebih baik lagi dengan menggunakan peluru kaliber 7,62 x 51 mm dengan sebutan SS-79 (Senapan Serbu 1979).

Keberhasilan pengembangan SS-77 dan SS-79 ini membuat pihak TNI AD dan Hankam kala itu berniat mengadopsinya sebagai senapan standar infanteri TNI pengganti SP-1. Namun, untuk memproduksi sendiri senapan ini dari awal (dari nol) memerlukan waktu kurang lebih 8  tahun lamanya dan biaya litbang untuk pengembangannya terlalu tinggi. 

Sebagai jalan pintas untuk menghemat biaya dan jangka waktu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengusulkan untuk membuat lisensi senapan serbu yang sudah ada di pasaran dan sudah terbukti ketangguhan serta kehandalannya di lapangan.

Saat itu, sebanyak enam jenis senapan serbu dievaluasi pada tahap pertama. Akhirnya diputuskan jenis FNC dari Belgia yang dipilih dan kemudian dijadikan senapan serbu infanteri modern resmi yang digunakan seluruh kesatuan TNI.

Keputusan memilih senapan serbu FNC dikarenakan kemudahan yang diberikan pihak FN Herstal SA dari Belgia yang bersedia memberikan alih teknologi 100 persen. Atas kesepakatan yang dilakukan BPPT mewakili Pemerintah Indonesia dengan FN Herstal SA Belgia sebagai prinsipal, maka pada Februari 1983 Pindad memproduksi sebanyak 200.000 pucuk senapan FNC sebagai syarat minimal. Setelah itu tidak perlu membayar royalti lagi pada pihak prinsipal.

Pada tahap awal senapan serbu untuk TNI ini didatangkan langsung dari Belgia. Baru tahun 1984 setelah semua persiapan di jalur produksi beres, senapan serbu FNC mulai diproduksi di pabrik PT Pindad yang berlokasi di Kiara Condong, Bandung, Jawa Barat. Senapan serbu ini kemudian menyandang nama resmi SS-1 (Senapan Serbu 1).

Senapan SS-1 resmi diproduksi PT Pindad dengan menggunakan komponen lokal, yang diproduksi sendiri PT Pindad, sebesar 60 persen. Sisanya masih didatangkan langsung dari FN Belgia. 

senapan SS-4 Buatan Pindad

Tahun 2001, dikembangkan versi yang lebih baik yaitu SS-2 yang memiliki desain yang lebih ergonomis, tahan terhadap kelembaban tinggi dan lebih ringan. Awalnya SS-2 hanya tersedia 3 versi, yaitu Standard Rifle SS-2-V1, Carbine SS2-V2 dan Para-Sniper SS2-V4. Pada tahun 2008 telah dibuat versi lainnya dalam bentuk senjata sub-kompak versi SS2-V5, yang juga telah banyak diminati negara lain.  

Sedangkan pada kuartal I/2016, Divisi Munisi Turen, PT Pindad, Malang, Jawa Timur, meluncurkan jenis senjata serbu SS-3 7,62 mm. Tak hanya itu, PT. Pindad juga telah meluncurkan senapan perseorangan generasi baru yaitu SS-4 yang merupakan senapan jenis battle rifle dengan jarak tembak efektif antara 300-600 meter. (Vey si Sendal Jepit)***  

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.