Kuliner Legendaris di Seputaran Alun-alun Bandung
APA salah satu tempat yang paling favorit dikunjungi masyarakat untuk berlibur yang ada di pusat Kota Bandung? Ya, jawabannya jelas Alun-alun Kota Bandung.
Area ini juga dikelilingi beberapa rumah makan yang sudah berusia puluhan tahun. Mari berlibur dan menyantap kuliner legendaris!
Alun-alun Kota Bandung seakan menjadi magnet tersendiri di musim liburan atau akhir pekan. Bukan hanya bisa menikmati waktu di lapang luas, tetapi ada banyak hiburan rakyat di sana. Mulai dari berfoto bersama para costume player, aksi swafoto di berbagai sudut, dan tentunya bersantap kuliner nikmat.
Di area itu memang cukup banyak tempat makan yang baru dengan sajiannya masing-masing. Tetapi, hal itu tidak mengalahkan popularitas tempat makan yang sudah ada sejak lama dan masih menjadi tujuan wisata kuliner pendatang luar kota maupun warga Kota Bandung.
Membicarakan alun-alun yang bentuknya persegi empat, berarti juga membahas empat jalan yang mengelilinginya. Di jalan-jalan itulah, serta beberapa ruas jalan kecil di dekatnya, terletak wisata kuliner legendaris yang bisa disambangi cukup dengan berjalan kaki.
Dari sisi kanan Alun-alun, ada dua tempat makan bakso favorit yang masih bisa dinikmati hingga sekarang, yaitu Rumah Makan Lingarjati di Jalan Balonggede Nomor 1 dan Bakmi Parahyangan di Jalan Dalem Kaum Nomor 12.
Di sisi kiri Alun-alun, dengan agak berbelok sedikit, ada dua tempat yang identik dengan kopi nikmat. Ada Warung Kopi Purnama di Jalan Alkateri Nomor 22 dan Kopi Aroma di Jalan Banceuy.
Masih banyak lagi sajian kuliner yang bisa disantap mumpung sedang berada di Alun-alun. Seperti di Jalan Alkateri ada Lotek Alkateri atau bergerak ke arah Jalan Oto Iskandardinata untuk mencecap kudapan ringan legendaris buatan Toko Sidodadi.
Dari Sidodadi, bila berjalan sedikit menjauhi Alun-alun masuk ke Jalan Cibadak bisa merasakan Soto Ojolali di Jalan Cibadak Nomor 79-81. Bila masuk ke Jalan Kalipah Apo, ada banyak juga sajian kuliner yang bisa dinikmati.
Kawasan Alun-alun tak hanya “hidup” di siang hari, tetapi juga ketika malam tiba. Bila masih berada di kawasan itu dan angin malam yang dingin membuat lapar sehingga ingin bersantap kuliner, ada berbagai tempat kuliner yang memang baru buka ketika malam tiba.
Misalnya, Ronde Alkateri di Jalan Alkateri dan Ceu Mar bila berjalan agak menjauh ke arah Jalan Cikapundung. Ada banyak pula jajanan legendaris di Jalan Cibadak seperti carabikang dan lainnya. Nah, sudah berada di Alun-alun Kota Bandung? Mari bersantap!
1. Brunch ala Tempo Dulu
Tradisi sarapan di kedai kopi sudah ada sejak dahulu, terutama dari kebudayaan masyarakat di Sumatra. Di Kota Bandung, tradisi itu terlihat salah satunya dari perkembangan Warung Kopi Purnama yang didirikan sejak 1930 oleh Jong A Tong yang juga berasal dari Medan, Sumatra Utara.
Bila ingin sarapan atau brunch alias sarapan yang terlambat di sana, pilihan favorit adalah roti dengan selai srikaya yang dibuat sendiri. Menurut pengelola Warung Kopi Purnama, Aldi Rinaldi Yonas (26), resep selai srikaya itu masih asli sejak buyutnya mengkreasikan sampai sekarang ketika kedai itu dikelola oleh generasi ke empat.
Cita rasa selai srikaya itu memberikan sensasi rasa manis dan legit yang pas. Sampai sekarang, roti dengan selai srikaya itu memang menjadi menu andalan bersama secangkir kopi susu. Slurp, nikmat!
Warung Kopi Purnamajuga menambahkan ragam di menunya. Rotinya memiliki banyak topping, seperti selai stroberi, pindakaas, cokelat keju, dan roti mentega. Ada juga roti asin yang disajikan dengan cara kukus atau bakar.
Bila roti terasa kurang mengenyangkan, ada nasi goreng purnama yang sajiannya cukup lengkap. Ada nasi goreng yang warnanya kemerahan, telur mata sapi, dan sepotong sosis. Tak lupa, kerupuk udang yang renyah menambah cita rasa gurih untuk bersantap.
Beberapa menu utama lain yang sering menjadi pilihan adalah lontong cap go meh, nasi soto, gado-gado, dan yamien baso. Namun, beberapa makanan utama di sana ada yang memiliki kandungan tidak halal sehingga harus cermat dalam memilih.
2. Bumbu yang Legit
Sajian kuliner yang khas di Tatar Sunda adalah sayuran, dan salah satu sajian yang disukai banyak orang adalah lotek. Bumbu kacang yang kental, legit, gurih, dan agak manis, hmm…menggugah selera!
Salah satu lotek yang populer di Kota Bandung adalah Lotek Alkateri yang berjualan di sisi jalan dekat persimpangan antara Jalan Alkateri dan Jalan ABC, yang ada sejak 1970-an.
Penyajiannya cukup unik dan khas yaitu dengan kertas nasi yang dibentuk kerucut.
Sayuran di dalamnya sebenarnya sama saja dengan lotek pada umumnya. Ada kangkung, pepaya, waluh, toge, kacang panjang, dan kol. Bila suka, bisa ditambahkan potongan paria ke dalamnya.
Lotek ini awalnya dirintis oleh Uta, yang kemudian diteruskan oleh anaknya, Oom Komariah. Lotek bisa disajikan lebih cepat oleh Oom karena bumbu kacangnya sudah ditumbuk lebih dulu dan tinggal diaduk bersama dengan sayuran.
“Sehari mempersiapkan 15 kilogram bumbu kacang, jualan ya sampai sehabisnya saja. Sejak buka pukul 9.00, kadang-kadang maksimal sampai pukul 15.00 atau pukul 16.00,” ucap Oom, seraya terus mengaduk sayuran dan bumbu kacang yang akan disajikan.
3. Yang Gurih dan Manis
Rumah Makan Lingarjati menyajikan bakso dan mi atau yamien. Sajian bakso itu sudah ada sejak 1950 dan bertahan sampai sekarang dengan dikelola oleh generasi kedua.
Membicarakan olahan baksonya, teksturnya yang kenyalnya pas dan rasa gurihnya yang nikmat memang membuatnya pantas disukai dari generasi ke generasi. Olahan mi yang lembut berpadu pas dengan kuahnya yang gurih, nyam-nyam!
Pengunjung boleh memilih ingin disajikan dengan kuah terpisah atau disatukan. Ada pilihan untuk sajian pendampingnya seperti bakso, pangsit, babat, tahu, atau siomay.
Selain bakso, yang populer adalah es alpukatnya. Legit, manis, kental, yummy! Alpukat di sana dulunya disajikan dengan lebih kasar karena dikerok dan tumbuk kasar. Sekarang, alpukatnya ditumbuk lebih halus tetapi tetap bukan dihancurkan dengan blender.
Es aplukat itu disajikan dalam gelas yang cukup besar. Di atasnya diberikan kepalan es serut dan disiram cairan gula aren yang manisnya alami. Hasilnya, es alpukat yang nikmat disantap, menyegarkan tenggorokan, dan sebenarnya cukup mengenyangkan.
Salah satu hal unik yang selalu ditemui bila berkunjung ke sana adalah pemiliknya akan memberikan uang kembalian berupa lembaran uang yang baru. Tidak ada uang lecek yang dikembalikan. Menurut dia, hal itu memang sengaja dan masih dilakukan sampai sekarang.
4. Banyak Variasi Serbagurih
Meski sama-sama menyajikan sajian mi dan bakso, Bakmi Parahyangan yang berdiri sejak 1975 memiliki varian yang lebih banyak. Berbagai olahan mi, ada yang disajikan dengan cita rasa pedas berupa mie rica atau bertambah gurih dengan toping jamur.
Sajian pendampingnya cukup banyak. Ada bakso, pangsit, bakso goreng, bakso ikan, dan babat. Semua bisa dipilih sesuai dengan keinginan. Ada juga baso tahu dan siomay yang disajikan dengan kuah baso yang gurih itu.
Tekstur baso pas dengan cita rasa gurih yang pas. Satu porsi mi bakso pangsit, jumlah pangsit yang diberikan cukup banyak dan teksturnya pun lembut. Yummy!
Meskipun kuahnya memang terasa kurang asin bagi mereka yang menyukai kuah bakso pada umumnya, cita rasa itu bisa dikoreksi dengan penambahan kecap asin sesuai dengan selera.
Tersaji juga berbagai olahan chinese food yang bercita rasa gurih. Menurut pemiliknya yang sekarang, olahan chinese food yang biasa dipilih konsumen adalah capcay dan aneka sajian nasi goreng. Selain itu, masih ada lagi olahan udang, ikan, cumi, ayam, dan sapi.
Sebelum menempati bangunan yang sekarang, Bakmi Parahyangan mulanya berada di lokasi tempat pusat perbelanjaan Kings yang sudah terbakar. Sekarang, tempat makan itu pun sudah memiliki beberapa cabang yang dikelola sendiri ataupun dimiliki oleh saudaranya.
5. Kuah Nan Gurih dan Segar
SALAH satu olahan makanan khas Indonesia adalah soto dan Bandung memiliki kekhasan soto sendiri. Sotonya berkuah bening, bercita rasa gurih, ditambah cita rasa dan aroma segar dari perasan jeruk limo.
Isinya, ada potongan daging sapi dan potongan lobak. Ditambah lagi dengan kacang kedelai, seledri yang dicacah, dan bawang goreng. Kita bisa menikmati soto Bandung yang menyegarkan di Soto Ojolali. Nyamnyaaam…
Rumah makan soto yang berdiri sejak 1939 itu sekarang dikelola oleh generasi ke-5. Pendirinya adalah M Karta dan Mama Endi yang sejak awal berjualan di kawasan Cibadak. Tempat makan itu pun hanya menyajikan satu jenis sajian soto, yaitu soto bandung.
Sajian soto itu hanya diisi potongan daging sapi. Namun, bila ada yang menyukai jeroan atau babat, diberikan sebagai sajian pendamping. Momen bersantap soto pun bisa ditambah dengan perkedel kentang atau perkedel jagung.
“Sekarang cabangnya sudah cukup banyak, di cabang ada juga yang menjual hidangan lain seperti timbel. Kalau di sini, tidak. Di sini, paling ramai justru hari biasa dibandingkan akhir pekan,” kata Oppie yang sekarang mengelola Soto Ojolali.(Sumber: Pikiran Rakyat, 28/6/2018)***