SALAH satu tanda orang yang sudah tunangan atau menikah yakni adanya cincin yang dipakai di jari manis. Begitu pun sebaliknya, jika seseorang tidak memakai cincin pada jari manisnya menandakan masih single.
Hampir semua penduduk di dunia sepakat bahwa jari manis, entah itu di tangan kanan atau kiri merupakan tempat yang tepat untuk cincin. Bahkan, jika Anda terjemahkan ke dalam bahasa Inggris, jaris manis berubah menjadi ring finger.
Meski begitu, apa alasan yang membuat jari manis menjadi ring finger? Dilansir dari laman This is Insider, tradisi ini sejatinya telah ada sejak zaman Mesir kuno atau sekitar 6000 tahun silam.
Gagasan mengenakan cincin di jari manis sebelah kiri kerap dikaitkan dengan Appian dari Alexandria, sejarawan Yunani-Romawi yang tinggal di abad kedua.

Orang Mesir kuno percaya bahwa mengenakan di jari manis dapat menyalurkan energi yang berasal dari ‘saraf halus’ hingga ke jantung. Menurut mereka, vena amoris atau vena cinta menyalurkan energi dari jari tersebut menuju jantung yang dianggap sebagai pusat emosi dunia.
Versi lainnya menyebutkan bahwa keputusan untuk mengenakan cincin pada jari manis dapat ditelusuri kembali sekitar 450 tahun lalu, tepatnya ketika Gereja Inggris memutuskan hubungan dengan Gereja Katolik.
Alasan sederhana
Melansir laman Brigthside, alasan dipilihnya jari manis sebagai tempat cincin cukup sederhana.
Pertama, tunjukkan telapak tangan anda, jari tengah ditekuk ke dalam. Ada empat jari yang menyatu yakni ibu jari, telunjuk, jari manis dan kelingking. Kemudian, lepaskan satu persatu mulai dari ibu jari hingga kelingking.
Dari keempat pasang jari, hanya jari manis yang tidak bisa dibuka atau dipisahkan. Dengan begitu, jari manis dijadikan sebagai simbol antara suami dan istri yang terikat oleh janji pernikahan.
Terlepas dari semua sejarahnya, hingga kini tradisi mengenakan cincin di jari manis, baik di kiri atau kanan masih tetap dipertahankan.(M1)***