OLAHAN penyet merupakan makanan khas Jawa Timur. Ada ayam, bebek, ataupun iga sapi yang biasanya disajikan dengan aneka bumbu penyet. Satu cita rasa yang pasti muncul yaitu pedas. Bahkan, terkadang sangat pedas!
Seperti olahan berbagai penyet di D’Penyetz & D’Cendol di Jalan Veteran Nomor 38 Kota Bandung. Sesuai namanya, menu favorit di restoran yang baru berdiri Desember 2017 itu adalah ayam penyet asli.
Sewaktu disajikan, ayam penyet hasil olahan dari ayam pejantan itu tampak menggiurkan karena kremes yang berlimpah di atasnya. Ketika daging ayam dilahap, hmm… gurih bumbunya meresap ke dalam! Untuk menyantap ayam ini, ada banyak varian sambal yang bisa dipilih sesuai selera. Ada sambal bajak ebi, sambal hijau, sambal balado, sambal nano-nano tiga rasa, dan sambal bawang.
Akan tetapi, untuk penikmat makanan ekstrapedas, ada satu jenis olahan ayam yang sangat cocok, yaitu ayam geprek sambel mercon. Olahan ini menggunakan daging ayam tanpa tulang yang digoreng garing. Lalu, sambal mercon yang amat pedas digeprekkan di atasnya. Bukan hanya bagian atas yang pedas, tetapi rasa pedasnya masuk ke bagian terdalam ayam. Wuih, seuhah!
Menurut Anton Wijaya Irwan, pemilik D’Penyetz & D’Cendol Bandung, untuk yang menyukai cita rasa pedas moderat, pasti memilih ayam penyet asli dengan ragam sambalnya. Akan tetapi, para pencinta rasa pedas pasti langsung memilih sambal mercon. ”Ada lho yang dimakan begitu saja tanpa nasi!” katanya.
Bila bosan dengan ayam, D’Penyetz & D’Cendol juga menyajikan olahan unggas lain seperti bebek. Dari tiga jenis sajian bebek, ada satu yang menjadi favorit yaitu bebek goreng sambal ijo padang.
Ada juga olahan dari sapi seperti iga penyet jakarta yang menjadi favorit. Iga itu meski disajikan bukan dalam olahan berkuah, tekstur dagingnya sangat lembut dan mudah dikunyah. Menurut Anton, daging itu memang sudah diempukkan dulu melalui proses presto bersama bumbunya.
Bagi yang tidak memakan daging merah atau unggas, ada pilihan olahan ikan yang menggugah selera. Ada dua sajian yang menjadi favorit, kata Anton, yaitu ikan nila joget Sunda dan ikan nila bakar madu.
Mendunia
Meskipun restoran ini menyajikan menu utama yang pedas-pedas, ada banyak olahan lain yang ditonjolkan meski bukan ciri khas Jawa Timuran lagi. Misalnya, kangkung cah dan tauge cah yang merupakan akulturasi budaya Tionghoa.
Ada pula menu yang dikreasikan bukan di Indonesia, meski oleh orang Indonesia. Menu itu adalah tahu telor singapore yang merupakan kreasi orang Indonesia yang memiliki restoran di Singapura yang terkenal pada era 1990-an.
Sesuai namanya, olahan ini menyajikan potongan tahu yang dicampur dalam kocokan telur. Yang unik adalah cara penyajiannya yang menggunung, lalu disajikan bersama bumbu kacang yang tidak pedas. Tekstur telur sangat unik karena menyerupai sarang yang tidak padat. ”Memasaknya memang harus dengan tingkat kepanasan tertentu. Lalu dicetak menjadi seperti ini,” ucapnya.
Berbicara tentang Singapura, restoran ini memang erat kaitannya dengan negara tetangga itu. Anton mengatakan, restoran yang dimilikinya memang merupakan salah satu cabang waralaba D’Penyetz yang berpusat di Singapura. Merek yang dimiliki orang Indonesia yang sudah berdomisili di Singapura itu terdapat di lima negara. Kelimanya adalah Malaysia, Myanmar, dan Brunei Darussalam, selain Singapura dan Indonesia.
Anton mengatakan, ayam penyet tentu sudah sangat dikenal sehingga tidak sulit memperkenalkan D’Penyetz. Ia mengatakan, olahan ini sudah sangat familiar dengan lidah lokal meskipun brand-nya dari luar negeri.
Selain itu, kekuatan menu-menu ini adalah menggunakan bahan lokal berkualitas. Dengan begitu, harganya cukup terjangkau. ”Jadi, brand memang mendunia, tapi harga merakyat,” ujar Anton.***