FTBI 2025: Bandung Jadi Pusat Pelestarian Bahasa dan Budaya Sunda
KOTA BANDUNG (METRUM) – Kota Bandung menjadi tuan rumah pelaksanaan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat SD dan SMP se-Jawa Barat tahun 2025.
Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025 menjadi momentum penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk menumbuhkan kembali kecintaan terhadap bahasa daerah, khususnya bahasa Sunda sebagai bahasa ibu yang mencerminkan jati diri dan identitas budaya masyarakat Jawa Barat.
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya karena Kota Bandung dipercaya menjadi tuan rumah kegiatan yang sarat makna ini.
“Sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat, Bandung harus menjadi pusat peradaban dan kebudayaan Sunda,” ujar Farhan saat membuka FTBI 2025 di Hotel Horison, Selasa (7/10/2025).
Ia menekankan, Bandung merupakan melting pot tempat bertemunya berbagai budaya lokal dan global. Oleh karena itu, menjaga kelestarian bahasa dan budaya Sunda menjadi tanggung jawab bersama seluruh warga.
“Bahasa Sunda harus terus hidup di tengah masyarakat. Basa téh cicirén bangsa; leungit basana, leungit bangsana,” ucap Farhan mengutip pepatah Sunda.
Menurutnya, pelestarian bahasa ibu perlu dimulai dari lingkungan terdekat, yakni keluarga dan sekolah. Ia menyoroti fenomena banyak anak muda yang merasa canggung menggunakan bahasa daerah.
“Sekarang banyak anak yang merasa malu berbicara dengan bahasa daerah karena dianggap tidak keren. Padahal, bahasa ibu adalah bahasa paling personal—bahasa yang kita pakai saat berbicara dengan orang tua, saudara, dan guru,” jelasnya.
Farhan juga mengingatkan pentingnya peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional yang ditetapkan UNESCO setiap 21 Februari sebagai momentum bagi masyarakat dunia untuk terus menjaga bahasa daerah masing-masing.
Selain itu, Pemkot Bandung berkomitmen menjaga ruang publik sebagai wadah tumbuhnya ekspresi budaya dan seni lokal. Farhan bahkan menyoroti pentingnya menghidupkan kembali taman-taman tematik di Bandung agar berfungsi optimal melalui pendekatan toponimi, yakni penamaan kawasan berdasarkan makna dan sejarah Sunda.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Asep Gufron turut menegaskan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan FTBI 2025. Ia menyebut festival ini sebagai sarana penting untuk mengingatkan masyarakat akan arti penting bahasa ibu.
“Kalau bahasa ibu tidak dijaga dan tidak ada kegiatan seperti ini, lambat laun kita bisa lupa. Karena itu, kita harus terus menggelorakan penggunaan bahasa Sunda, terutama di Bandung,” tutur Asep.
Ia juga menyampaikan bahwa seluruh SD dan SMP di Kota Bandung diwajibkan mengirimkan perwakilan untuk mengikuti ajang ini.
“Mudah-mudahan Bandung bisa meraih juara umum, seperti saat lomba Pendidikan Agama Islam tingkat Jawa Barat kemarin,” harapnya.
Sebagai upaya berkelanjutan, Disdik Kota Bandung juga menjalankan program pelestarian budaya Sunda di sekolah, seperti kegiatan “Kamis Nyunda” dan kebiasaan memakai baju pangsi setiap pekan.
“Kalau sudah pakai pangsi, otomatis bahasanya juga harus bahasa Sunda. Jadi bukan sekadar pakaian, tapi kebiasaan dan cara berbahasa. Itu bentuk kecil dari upaya menjaga bahasa ibu agar tetap hidup,” jelas Asep.
FTBI 2025 diikuti oleh perwakilan dari 27 kabupaten dan kota se-Jawa Barat pada tingkat SD dan SMP. Beragam lomba dan pertunjukan digelar, mulai dari dongeng basa Sunda, maca jeung nulis aksara Sunda, pupuh, biantara, pidato basa Sunda, hingga baca puisi daerah.
Selain itu, peserta juga menampilkan kesenian tradisional khas daerah masing-masing seperti tari tradisional, tembang Sunda, dan karawitan. Festival semakin meriah dengan adanya pameran literasi dan budaya daerah yang diikuti oleh sekolah-sekolah dari berbagai daerah di Jawa Barat.
Lebih dari sekadar kompetisi, FTBI menjadi wadah untuk mempererat rasa saling mengenal dan menghargai keberagaman bahasa serta budaya yang hidup di tanah Sunda.
Seluruh rangkaian kegiatan juga dapat disaksikan melalui kanal YouTube Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat. (M1)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.