Komunitas Fixed Gear Bandung: Lahir Karena Kreativitas
JIKA Anda pernah melewati Jln. Ternate 10 yang terletak di kawasan Jln. Riau Bandung, Anda akan melihat beberapa sepeda ramping berwarna ngejreng diparkir. Di tempat itu kerap bergerombol sekalangan anak muda Bandung yang tak pernah bosan mencari hal-hal baru dalam mendesain dan mengayuh sepeda. Dua di antaranya adalah Ayang dan Agung.
Ayang dipercaya sebagai pupuhu (ketua) komunitas, sedangkan Agung termasuk anggota yang juga berjualan beberapa spare part sepeda bila anggota komunitas memerlukannya.
Ayang sebenarnya lama di low rider, bahkan ia juga penggerak komunitas itu. Namun sejalan dengan jiwa mudanya, ia tak pernah bosan mencari gaya-gaya baru dalam permainan free style bersepeda. Bahkan yang ekstrem sekalipun. Begitu juga ketika ia mulai rajin browsing melihat-lihat tren terbaru sepeda di Amerika, Jepang, dan Australia.
Setelah mendapatkan informasinya, Ayang langsung mendesain dan menularkan “virus” kreatif itu kepada sesama penggila sepeda. Tak ayal, sepeda-sepeda fixed gear (sepeda dengan satu gear/gigi) pun mulai berseliweran di jalan-jalan kota Bandung.
Menurut Ayang, fixed gear mulai digemari masyarakat Amerika, Jepang, dan Australia pada tahun 2008. Hanya dalam tempo 6 bulan kemudian, atau tepatnya pertengahan tahun 2009, fixed gear sudah mulai digemari orang Indonesia.
“Kehadiran fixed gear di Indonesia memang lebih cepat dibandingkan dengan sepeda-sepeda lain. Mungkin karena teknologi informasi begitu cepat menyebar atau karena sama halnya musik dan fashion, pencinta sepeda cepat merasa jenuh dan ingin mencoba hal-hal baru,” tutur Ayang.
Cepat menular
Komunitas Fixed Gear Bandung awalnya hanya beranggotakan empat orang. Mereka adalah Ayang, Indra (alm), Cholid, dan Rifa. Namun karena keempat orang ini kerap datang pada acara-acara sepeda dan event-event lain, kehadirannya menjadi “virus” yang sangat cepat menular. Apalagi hampir semua pesepeda selalu menyukai hal-hal baru.
“Paling hanya sekali bertemu, keduanya sudah mulai teracuni,” ucap Ayang.
Anggota komunitas terbagi dua, ada yang total hanya bermain di fixed gear ada yang juga bermain di low rider (LR) atau BMX. Namun pada dasarnya, anggota menyukai fixed gear karena hobi ini tergolong extreme sport yang menantang. “Kecuali low rider. Tetapi karena LR juga menantang dari sisi modifikasinya, banyak juga yang gabung ke fixed gear,” ujar Ayang menambahkan.
Jumlah anggota saat ini sudah mencapai 35 orang lebih. Bila komunitas mengadakan acara, sedikitnya 20 anggota hadir. Anggota ini, kata Ayang, ada yang bergabung sejak awal. Namun ada juga awalnya “jalan” sendiri dan setelah kenal langsung bergabung.
Tidak ada ketentuan organisasi di komunitas ini. Tidak ada pula iuran-iuran ataupun aturan yang mengikat. Siapa suka bergabung, boleh bergabung. Kalaupun mau “jalan” sendiri, tidak ada yang melarang. Namun karena gaya bersepeda mereka free style bahkan cenderung ekstrem, bermain fixed gear lebih seru berbarengan ketimbang sendirian.
“Kalau barengan, polisi kan tidak bisa melarang. Paling menyarankan saja,” ujar Ayang ihwal kebersamaan di komunitasnya.
Pengguna fixed gear yang bergabung dengan komunitas tentu berbeda dengan yang “jalan” sendiri. Orang-orang yang bergabung ke komunitas akan mendapatkan banyak jaringan, ilmu pengetahuan dan informasi baru, serta tentu saja teman jadi bertambah banyak. Seperti diakui Agung, “Buat saya sih yang penting tambah banyak teman. Kalau banyak teman, peluang juga kan jadi terbuka lebar,” ucapnya.
Barometer sepeda
Kota Bandung memang gudangnya orang-orang kreatif. Salah satunya adalah anggota komunitas Fixed Gear Bandung. Hampir sebagian besar sepeda yang dipakai anggota hasil rakitan sendiri, dibantu pedesain sepeda yang dapat ditemui di sejumlah tempat di kota Bandung.
Tidak cuma dalam soal merakit sepeda, dalam penyelenggaraana acara pun barudak Bandung memang jadi “otaknya”. Dulu, kata Ayang, Kota Bandung menjadi kota tujuan para pengguna LR dalam memburu spare part LR, termasuk kota tujuan mengikuti pergelaran acara LR yang unik.
Maka kini, ketika fixed gear mulai mewabah di kota-kota seperti Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Bali, Ayang dan kawan-kawannya sedang merancang kegiatan yang diperkirakan akan banyak melibatkan pengguna fixed gear di Indonesia untuk hadir di Bandung. Rencananya, kata dia, Fixed Gear Bandung akan mengadakan eksebisi di pelataran mal di Bandung.
Tujuannya tiada lain untuk lebih menguatkan jaringan pengguna fixed gear di Indonesia, termasuk menjadi ruang unjuk kabisa para pengguna fixed gear. “Kalau cuma ngaboseh (mengayuh) bareng, kurang seru juga. Tetapi kalau sudah dibawa ke eksebisi, pastilah akan menyedot banyak orang karena di situ kita bisa melihat sport extreme yang sesungguhnya dari sepeda,” ujar Ayang.
Selain akan menggelar kegiatan, komunitas ini juga akan tetap menjaga konsistensi para anggotanya. Antara lain dengan ngaboseh rutin tiap Jumat malam dan Minggu pagi. Diakui Ayang maupun Agung, cara-cara seperti ini dapat lebih mendekatkan hubungan sesama anggota.
“Kalau dia sih, bisa menambah omzet penjualan part juga,” ujar Ayang menunjuk Agung yang memang berjualan spare part fixed gear.
Meski anggota kian bertambah, Ayang selaku pupuhu tidak berniat membayangkan hal-hal yang bersifat politik, tetapi dibawa ke fun sehingga anggota di Fixed Gear dapat tetap mengekspresikan kemahirannya dengan leluasa. Mereka mencari gaya-gaya baru dan desain-desain baru yang dapat dikembangkan ke depan.
“Minimal saya harus terus memacu semangat dan kreativitas kawan-kawan untuk tetap eksis. Caranya apalagi kalau bukan dengan ngaboseh rutin atau menggelar acara,” ujarnya.
Sebab bagaimanapun, kata Ayang, sebuah komunitas dengan sifatnya yang tidak bisa mengikat anggota kemungkinan menjadi tempat keluar masuk orang/anggota yang sangat besar, tanpa pengurus bisa menuntut konsistensinya. “Makanya dengan kegiatanlah kita akan terus menghidupkan komunitas ini agar tetap eksis,” ujarnya.
Nah, jika Anda termasuk orang-orang yang berani, suka tantangan dan ingin menguasai sepeda dengan gaya-gaya paling ekstrem, bergabunglah ke komunitas ini. Anda bukan saja akan mempunyai banyak kawan, tetapi juga menjadi “raja jalanan” malam hari dan pagi hari. Karena pada dua waktu itulah, para pengguna fixed gear keliling kota mengekspresikan gaya-gaya keren-nya dalam bersepeda. Hayu atuh gabung! (Eriyanti, Sumber: Pikiran Rakyat 24-01-2010)***