BANJIR bandang dan longsor yang melanda Sentani, Jayapura, yang terjadi Sabtu, (16/3/2019) lalu, mengakibatkan puluhan warga meninggal dunia, luka-luka dan ada ribuan warga yang harus mengungsi. Pihak BNPB menduga, selain tingginya curah hujan, banjir bandang di Sentani disebabkan juga oleh rusaknya ekosistem di Pegunungan Cycloop, Jayapura, Papua.
Di sini, saya tidak akan menceritakan mengenai bencana banjir bandangnya, tapi akan mengetengahkan tentang keberadaan Pegunungan Cycloop. Pasti masih banyak diantara kita yang belum tahu tentang pegunungan Cycloop ini. Pasalnya ketenaran Cycloop kalah oleh keberadaan gunung Jayawijaya atau Carstenz yang terletak di Dugunduguo, Papua Barat karena menjadi salah satu gunung yang sangat diminati oleh para pendaki.
Nah, Pegunungan Cycloop atau biasa disebut juga Pegunungan Dafonsoro atau Pegunungan Robhong Holo adalah sebuah jajaran pegunungan yang menjadi pembatas antara Danau Sentani dengan Samudera Pasifik.
Penduduk asli Jayapura sebagai pemilik hak ulayat dari leluhur mereka, telah menamai pegunungan ini dengan nama Dafonsoro. Sementara oleh masyarakat adat Sentani dikenal juga dengan sebutan Robhong Holo yang berasal dari sebuah legenda masyarakat setempat. Konon, dahulu ada seorang perempuan bernama Rhobong yang pergi ke bagian utara, bertemu dengan seorang laki-laki bernama Haelufoi. Setelah itu keduanya (Robhong dan Haelufoi) menghilang dan tidak diketahui lagi keberadaannya.
Untuk mengenal wujud keduanya dalam bentuk fisik, warga setempat percaya jika puncak gunung Dafonsoro bagian Timur adalah Haelufoi (laki-Laki/suami), sedangkan puncak gunung Dafonsoro bagian Barat adalah Robhong (perempuan/istri).
Namun, nama Dafonsoro lalu diganti, saat LA Bougainville, seorang pelaut Eropa, yang berlayar pada tahun 1768 berlabuh di Teluk Yos Sudarso, kota Jayapura, lalu menamai pegunungan ini dengan nama Cycloop.
Kata Cycloop atau Siklop berasal dari kata bahasa Belanda, “Cycoon Op,” yang terdiri dari dua kata yaitu: kata Cycoon berarti awan kecil yang terpecah-pecah dan Op yang berarti puncak. Tapi dalam mitologi Yunani, Cycloop adalah raksasa bermata satu. Ia adalah putra dari Dewa Poseidon dan Dewi Thoosa.
Pegunungan Cycloop memiliki panjang sekitar 36 kilometer membentang dari barat ke timur dan memiliki beberapa puncak tertinggi yaitu: Gunung Dafonsoro (1.580 Mdpl), Gunung Butefon (1.450 Mdpl), Gunung Robhong (1.970 Mdpl), Gunung Haelufoi (1.960 Mdpl), Gunung Rafeni (1.700 Mdpl) dan Gunung Adumama (1.560 Mdpl).
Pegunungan ini juga merupakan kawasan cagar alam, yang menjadi habitat fauna endemik Papua, di antaranya burung cenderawasih, kuskus, dan kanguru pohon. Wilayah cagar alam Cycloop masuk dalam dua wilayah administrasi pemerintahan yaitu Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura sebagai ibu kota Provinsi Papua.
Sementara itu, penetapan Cycloop sebagai cagar alam berdasar pada SK Menteri Pertanian Nomor 56/Kpts/Um/I/1978 dengan luas 22.500 hektare, yang ditegaskan kembali secara berturut-turut melalui PP Nomor 28 Tahun 1985 dan SK Menteri kehutanan Nomor 365/Kpts-II/87.
Lalu, pada 2012 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK 782/Menhut-II/2012, luas Cagar Alam Cycloop diperluas menjadi 31.479,84 hektare adalah sebuah wilayah unik yang kaya dengan berbagai macam jenis tumbuhan dan satwa.
Keberadaan Cycloop sangat penting dan berjasa bagi masyarakat kota dan kabupaten Jayapura, karena Pegunungan Cycloop ini merupakan sumber air bagi Danau Sentani, dimana fungsi hidrologisnya sebagai sumber mata air tawar dan pengendali banjir. Bagi warga sekitar Danau Sentani, pegunungan Cycloop ini dianggap sebagai “air susu ibu” atau gunung ibu hingga gunung ini dikeramatkan.
Tak hanya itu, pegunungan ini juga sempat dikenal dengan batuan indahnya yang disebut batu cyclop. Batu cyclop papua merupakan salah satu jenis dari batu obsidian, yang berbentuk silica atau yang biasa disebut dengan batu kaca alam.
Batu cyclop memiliki warna yang beragam, merah, hijau, biru, hitam, dan putih. Keunikannya terletak pada kekristalan yang cukup baik, mineral yang terdapat dalam batu itu dapat ditembus cahaya. Wajar jika saat booming batu akik (gemstone), beberapa tahun silam, batu ini menjadi buruan para kolektor.
Batu cyclop sangat langka di pasaran karena material mentah batu ini susah didapat. Hingga menjadikan batu ini memiliki harga yang cukup mahal. Bongkahan batu cyclop yang berbentuk bulat seukuran telur, jika telah diolah dan dipoles bisa tembus hingga Rp 15 Juta dan harga paling murah adalah Rp 1 juta.
Namun sayangnya, sejak 2003 pegunungan Cycloop mengalami perusakan, mulai dari penebangan liar, alih fungsi hutan jadi pemukiman, pembakaran hutan dan lahan, penambangan galian C liar serta pendulangan emas liar telah memperparah kondisi hutan Cycloop saat ini. Keadaan inilah yang menyebabkan banjir bandang di Sentani akhir pekan lalu. (Vey si Sendal Jepit)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.